BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berakhirnya
era Alexandria sebagai pusat pengembangan matematika pada abad ke 5, dapat
dianggap sebagai permulaan masa suramnya perkembangan matematika di dunia
Barat. Walaupun beberapa matematician masih melanjutkan karya-karyanya di daerah kekaisaran Romawi Barat dan Athena,
namun karya-karya mereka tidak banyak berpengaruh terhadap perkembangan
matematika secara keseluruhan. Akhir abad ke 7 boleh dikatakan masa paling
suram dalam perkembangan matematika Barat , dan diikuti dengan munculnya cara
baru dari matematika bangsa Arab.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan matematika
Arab?
2. Siapa sajakah matematician Arab yang
berkontribusi dalam mengembangkan matematika ?
3. Apa saja karya-karya dan penemuan matematician Arab
dalam bidang matematika?
C.Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Matematika Arab
2. Untuk
mengetahui siapa saja tokoh pelopor Matematika Arab
3. Untuk
mengetahui apa saja karya-karya dan penemuan matematician Arab
D.Manfaat
Dengan membaca makalah
ini penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat. Terutama dalam hal:
1. Mengetahui
sejarah perkembangan Matematika Arab
2. Mengetahui
siapa tokoh pelopor Matematika Arab
3. Mengetahui
apa saja karya serta penemuan matematician Arab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Matematika Arab dari Abad ke VIII sampai abad ke XIV
Perkembangan
matematika Arab sesudah pertengahan abad kedelapan adalah sangat mengagumkan
sekali , dan mempunyai peranan serta kontribusi yang besar sekali terhadap
perkembangan sejarah matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam, bangsa
arab masih jauh ketinggalan dalam
bidang ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negeri-negeri sekelilingnya,
seperti Persia, India, Yunani, dan
Romawi. Pada abad permulaan ini nampaknya bangsa Arab masih sibuk dengan
pertentangan-pertentangan dalam negeri sendiri dan sibuk mengembangkan
islam mulai dari jazirah Arab sampai ke
luar Arab. Tetapi pada tahun 750, yaitu pada permulaan pemerintahan
khalifah-khalifah Bahu Abbas keadaan berbalik tajam sekali , dimana mulai pada
saat itu bangsa Arab bangkit mengejar ketinggalan ketinggalannya dalam bidang
ilmu pengetahuan . Bangsa Arab mulai mempelajari astronomi, konsep-konsep
falsafah, ilmu kedokteran, matematika dan ilmu lainnya dari Yunani,
Mesir,India,Babylonia dan lain-lainya. Karya ilmu klasik Yunani dan India
dibawa ke Baghdad , kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Hal ini sangat
menguntungkan sekali bagi perkembangan sejarah metematika, karena hampir
seluruh karya matematician Yunani Kuno tidak dapat ditemukan lagi,yang tinggal
sekarang hanyalah terjemahan dari karya-karya ini dalam bahasa Arab.
Selama
masa pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam masa khalifah
terkenal Al-manshur, Harun Al-rasyid, dan Al- makmun, kota baghdad menjadi
pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya menggantikan
Alexandria pada zaman Yunani. Pada masa pemerintahan khalifah al-manshur ( 754
– 779) karya-karya matematician Brahmagupta diboyong ke baghdad, kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Diantara karya Brahmagupta ini adalah
“Brahma sphuta siddhanta”, yaitu buku yang berisi tentang astronomi, matematika,dan
ilmu pengetahuan alam lainnya.Tidak lamasetelah diterjemahkannya karya
Brahmagupta ini (775), maka pada tahun 700 karya matematician Yunani Ptolemy
tentang astrologi yang berjudul “ Tetrabiblos” diterjemahkan pula kedalam
bahasa Arab dari bahasa Yunani.
A. Sistem
Numerasi Hindu-Arab (±300SM- 750
M)
Sistem angka
Hindu-Arab atau Hindu adalah angka sistem desimal posisional yang dikembangkan
antara abad ke-1 dan abad ke-5 oleh matematikawan India. Sistem ini diadopsi
oleh Persia dan matematikawan Arab pada abad ke-9. Ini kemudian menyebar ke
dunia barat pada Abad Pertengahan Tinggi. Sistem ini didasarkan pada sepuluh
(aslinya sembilan) simbol yang berbeda. Simbol-simbol digunakan untuk mewakili
sistem yang pada prinsipnya terpisah dari sistem itu sendiri. Simbol yang
digunakan sebenarnya adalah keturunan dari angka India Brahmi, dan telah
berubah menjadi berbagai varian sejak Abad Pertengahan. Set simbol terbagi
menjadi tiga keluarga utama: angka India digunakan di India, angka Arab Timur
digunakan di Mesir dan Timur Tengah dan Barat angka Arab yang digunakan di
Maghreb dan di Eropa.
Pada abad
ke-18 tepatnya tahun 755 M wilayah kekuasaan Arab terpecah dua menjadi wilayah
bagian Barat dan wilayah bagian Timur. Wilayah bagian Barat berpusat di Cordova
dan bagian timur berpusat di Bagdad. Dengan sendirinya perkembangan peradaban
di kedua wilayah itu pun berbeda-beda, sehingga tulisan Arab dan numerasinya
pun berkembang sendiri-sendiri. Sistem numerasi Arab yang kita kenal sekarang
adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah berbeda dari asalnya.
Keistimewaan dari sistem numerasi Arab ini adalah telah memakai sistem posisi
dengan bilangan dasar 10. Perhitungan-perhitungan lambang Hindu-Arab lebih
banyak dipergunakan daripada lambang bilangan Romawi, antara lain karena
lambang bilangan Hindu-Arab telah memakai sistem posisi (nilai tempat).
Untuk
membedakan lambang-lambang Arab Timur dan Arab Barat diantaranya sebagai berikut:
Hindu Arab
|
Arab Timur
|
Arab Barat
|
1
|
|
|
2
|
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
5
|
|
5
|
6
|
|
6
|
7
|
|
7
|
8
|
|
8
|
9
|
|
9
|
10
|
|
|
Walaupun
penukusan dengan tulisan Arab dari kanan ke kiri, tetapi penulisan lambang
bilangan adalah tetap dari kiri ke kanan.
Contoh:
- 125 =
- 1364 =
- 2789 =
Dalam
masa khalifah Harun al-rasyid yanglebih dikenal dengan dongengan “seribu satu
malam”nya dilanjutkan lagi dengan menterjemahkan karya-karya klasik Yunani,
diantaranya termasuk satu bahagian dari Elementsnya Eulid. Selanjutnya pada
masa pemerintahan khalifah al- makmun dilanjutkan lagi penterjemahan
selengkapnya buku Elements Eulid serta diterjemahkannya karya Ptolemy
“Almagest”. Khalifah al-makmun membangun di kota baghdad sebuah “ Bait al
Hikma”, yang terdiri dari perpustakaan dan observatorium yang sebanding dengan
museum zaman Alexandria.Staf pengajar pada Bait al Hikma ini adalah
sarjana-sarjana Arab sendiri,dan terdapat pula sarjana dari luar Arab. Salah
seorang sarjana Islam terkenal yang mengajar di Bait Al Hikma adalah al-
khawarismi, yang namanya terkenal di Eropa Barat lewat karyanya dibidang
matematika dan astronomi.Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini sampai dengan
abad ke-9 muncul matematician Arab yang ikut memberikan kontribusinya dalam
perkembangan sejarah matematika dunia, diantaranya adalah Al- Khawarismi,Thabit
ibnu Qurra, Abu Kamil Shuja dan Al-Battani.
Periode
mulai dari abad ke VIII sampai dengan abad ke XIV dapat dikatakan merupakan “zaman keemasan“
dari matematika bangsa Arab. Kontribusi bangsa Arab dalam perkembangan sejarah
matematika bukan hanya sebagai pengumpul dan kemudian menyebarkannya saja,
tetapi lebih dari itu. Matematika Arab disamping menterjemahkan dan memberi
ulasan terhadap matematika Yunani, mereka juga menghasilkan beberapa karya asli
dalam matematika.
Matematika
bangsa Arab dapat dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Aritmatika,
yang kemungkinan berasal dari India, dan berdasarkan kepada prinsip nilai
tempat.
2. Aljabar,
walaupun berasal dari Yunani, Hindu, dan Babylonia, tetapi telah dipolesi oleh
matematician Arab menjadi bentuk serta sistematik yang baru.
3. Trigonometri,
umumnya berasal dari Yunani, tetapi matematician Arab mengaplikasikannya dengan
bentuk trigonometri Hindu dan menambahkan beberapa fungsi dan rumus-rumus baru
4. Geometri,
yang umumnya berasal dari Yunani, matematician Arab memberikan generalisasi
terhadap rumus-rumus Yunani tertentu.
Sesudah
zaman al-khawarismi muncul beberapa matematician Arab yang tidak kalah populernya dari matematician
arab sebelumnya, seperti Abul Wefa, Al- Kharki, Al-Biruni, Al-Kashi dan lainnya.
1.
Al-Khawarismi
Tidak
diketahui dengan pasti kapan Muhammad ibn Musa al-khawarismi dilahirkan,
diperkirakan dia meninggal sekitar tahun 850.Al-Khawarismi menulis lebih dari
setengah lusin karya tentang matematika dan astronomi. Karya-karyanya kemungkinan
berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari India.
Ada
dua karya Al-Khawarismi yang terkenal.Salah satu diantaranya adalah bukuyang
telah diterjemahkannya kedalam bahasa latin dengan judul” Alqorismi Identimero
Indirum ” (tentang seni berhitung Hindu) dimana karya aslinya dalam bahasa arab
tidak ditemukan lagi. Dalam buku ini, yang berdasarkan terjemahan karya
Brahmagupta “Brahma sputa siddhata” dalam bahasa Arab, Al- Khawarismi
memberikan penjelasan tentang sistem numerasi Hindu. Sehingga menjadi sistem
numerasi yang kita gunakan sekarang ini.Walaupun Al-Khawarismi tidak menyatakan
bahwa sistem numerasi ini adalah hasil karyanya sendiri, namun notasi baru ini
lebih dikenal dengan nama “Algorismi”, yang berasal dari nama Al-Khawarismi
sendiri.
Aritmatika
Arab yang pertama sekali terkenal adalah berasal dari karya
Al-Khawarismi.Aritmatika al-Khawarismi memperkenalkan sistem numerasi Hindu dan
juga memberikan penjelasan tentang hukum-hukum yang berlaku dalam algorisma
Hindu, dan proses komputasi yang dikenal dengan “casting out 9’s “, yang
digunakan untuk memeriksa hasil-hasil komputasi aritmatika, serta hukum-hukum
“false position” dan “double false position”, dimana proses aljabar tertentu
dapat diselesaikan secara non aljabar.
Double
false position atau lebih dikenal dengan dalil “regula duorum falsorum” yang
kemungkinan berasal dari India, digunakan untuk menentukan aproksimasi akar
rile dari suatu persamaan.Metode ini dapat ditulis, misalkan X1 dan
X2 dua bilangan yang mendekati nilai X dari akar persamaan f(X) = 0.
Maka perpotongan antara sumbu X dengan garis yang menghubungkan titik-titik ( X1,
f (X1)) dan ( X2, f ( X2 )) adalah
merupakan aproksimasi dari akar yang ingin dicari.
Karya
Al-Khawarismi yang kedua yang paling terkenal adalah bukunya yang berjudul”Hisab
Aljabr Almuqabalah” ,dimana perkataan aljabar berasal dari judul buku
Al-Khawarismi ini.Karya Al-Khawarismi ini lebih mendekati pelajaran aljabar
yang dipelajari disekolah-sekolah menengah sekarang, dibandingkan dengan
aljabar Diophantus. Karya Al-Khawarismi ini tidak banyak berisi problem-problem
yang sukar, berisi problem-problem dan penyelesaian yang sederhana.Perbedaan
nyata antara aljabar Al-Khawarismi dengan aljabar Diophantus adalah:
1. Aljabar
al-khawarismi jauh lebih sederhana dari aljabar Diophantus.
2. Aljabar
al-khawarismi seluruhnya retorik, dimana tidak terdapat sinkopasi baik dari
Diophantus, maupun Brahmagupta.Bahkan bilangan dalam aljabar al-khawarismi
dituliskan dengan kata-kata, bukan dengan lambang.
Secara
umum dapat dikatakan bahwa aljabar al-khawarismi seluruhnya bukan berasal dari
Yunani ataupun India. Ini terlihat dari karya Diophantus yang hanya mengenal
satu penyelesaian saja dari suatu persamaan kuadrat. Sedangkan al-khawarismi
mengenal 2 penyelesaian.Begitu juga aljabar al-khawarismi tidak seluruhnya
berasal dari India, karena matematician Hindu tidak mengenal hukum-hukum
aljabar seperti restorasi dan
reduksi.Disamping itu aljabar al-khawarismi adalah elementer dan retorik.
2.
Thabit ibn Qurra(826 -901)
Selain
Al-Khawarismi, terdapat matematician Arab lainnya yaitu Thabit ibn Qurra.
Thabit ibn Qurra adalah matematician arab yang memberikan kontribusinya dalam
bidang aljabar. Dia membuka sekolah untuk para penterjemah.Terjemahan Thabit
terhadap karya Apolonius, Archimedes,Eulid, Ptolemy,dan Theodorus adalah yang
dianggap paling baik.
Desertasi
Thabit ibn Qurra mengenai rumus untuk menentukan bilangan bersahabat (amicable
numbers) adalah merupakan karya asli bangsa arab.Thabit memberikan rumus untuk
bilangan bersahabat. Seperti halnya Pappus, Thabit juga memberikan generalisasi
dari teorema Phytagoras yang berlaku untuk semua segitiga, baik lancip maupun
tumpul. Apabila dari sudut A suatu segitiga ABC sembarang dibuat garis-garis
yang memotong BC pada B’ dan C’, sedemikian sehingga sudut AB’B dan sudut AC’C
sama dengan sudut A,maka AB2
+ AC2 = BC(BB’ + CC’).
Kontribusi
lain dari Thabit ibn Qurra alternatif lain dari pembuktian Phytagoras,
karya-karya tentang parabola dan segmen-segmen parabola, tentang bujursangkar
ajaib,serta teoro-teori baru tentang astronomi.
3.
Abu Kamil Shuja (850-930)
Matematician
Arab terkenal lainnya adalah Abu Kamil Shuja bin Aslam , yang terkenal sebagai
“Ahli Hitung dari Mesir”.Abu Kamil Shuja adalah seorang ahli aljabar. Dia
menulis sebuah buku dengan judul “Kitab fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan
komentar atas karya al-khawarismi, kemudian memberikan tambahan penyelesaian
dari problem-problem tersebut. Aljabar Abu Kamil Shuja ini adalah memadukan
antara hal yang praktis , seperti yang terdapat pada al-khawarismi. Abu Kamil
Shuja menghindarkan penyelesaian-penyelesaian negatif untuk kuadrat dari
bilangan yang tidak diketahui ( X2 ).
4.
Al-Battani (850 -929)
Al-Battani
yang dikenal di Eropa dengan nama Albagteniue adalah seorang astromer.
Al-Battani juga adalah seorang ahli dalam trigonometri. Dia banyak memberikan
kontribusinya dalam mengembangkan beberapa teorema trigonometri dengan
memperbaiki beberapa teorema trigonometri Yunani Kuno. Dalam bukunya yang telah
diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul “De scientia stellaeruj”
(tentang gerakan bintang-bintang), Al-Battani memberikan rumus :
B
=
Kemudian
Al-Battani menambahkan suatu rumus untuk sudut miring, suatu segitiga bola,
yakni:
Cos A = cos B . cos C + sin B . Sin
C . Cos A
5.
Abul Wefa (940 – 998)
Abul
Wefa dilahirkan di Persia (Iran), dia dikenal karena terjemahannya terhadap
karya Diophantus “Arithmetica”, serta komentarnya terhadap aljabar al-
khawarismi.Dalam karya-karyanya, Abul Wefa menggunakan lambang bilangan Hindu.
Pada zaman ini fungsi Tangent sudah dikenal dengan baik , yaitu a = b tg A , yang sama dengan rumus
trigonometri sekarang. Dalil sinus yang sudah dikenal oleh Ptolemy dan
Brahmagupta, dianggap berasal dari Abul Wefa, dalil ini tidak menggunakan rumus
segitiga bola. Abul Wefa membuat daftar sinus baru untuk sudut-sudut yang
berinterval, dengan menggunakan pecahan desimal delapan angka.
6.
Al- Biruni (973- 1048)
Al-Biruni
adalah matematician Arab yang menulis suatu karya yang berjudul “ India “ .
Dari buku inilah orang mengetahui bahwa Archimedes sudah familiar dengan rumus ini,
beserta Brahmagupta. Al-Biruni memberikan penyelesaian terhadap persamaan
pangkat tiga X3 = 1 + 3X, dengan menghasilkan aproksimasi X = 1,52,15, 17, 13 yang ekivalen dengan
pecahan desimal yang akurat untuk enam atau lebih.
7.
Al- Kharki (1029)
Al-Kharki
(al-karogi) adalah seorang pengikut Diophantus, dimana dia banyak belajar dari
karya Diophantus yang diterjemahkan oleh Abul Wefa.Dia adalah orang pertama
yang menyelesaikan secara numerik persamaan
+
b = a , untuk memperoleh
akar-akar positif, yang berbeda dengan Diophantus yang hanya memperoleh
akar-akar rasional saja. Karya Al-Kharki
dalam aljabar ini diberi judul : “Fakhri”. Salah satu problem dalam buku Fakhri
ini adalah mencari bilangan rasional, sedemikian sehingga jumlah pangkat
tiganya adalah kuadrat bilangan rasional, atau dengan notasi modern. Disamping
itu, Al-Kharki adalah matematician Arab yang menemukan dan sekaligus
membuktikan teorema untuk jumlah deret :
1.
12
+ 22 + 32 42+ .......+ n2 = (
1+2+3+4+......)
2.
13+
23 +33 + 43+ ......+ n3 =
(1+2+3+4+.......)2
8. Al- Kashi (1436)
Dalam
banyak karyanya, yang ditulis dalam
bahasa Arab dan Persia, Al-Kashi memberikan kontribusinya dalam bidang
astronomo dan matematika. Yang sangat mengagumkan adalah keakuratan komputasinya,
terutama sekali dalam menyelesaikan persamaan-persamaan metode Horner, yang
kemungkinan diporolehnya dari Cina. Kemungkinan juga Al-Kashi memperoleh
praktek penggunaan pecahan desimal dari Cina. Al-Kashi memberikan akar ke n
suatu bilangan dengan :
34,59,1,7,14,54,23,3,47,37,40
Al-Kashi
mengaproksimasikan nilai yang sangat akurat di bandingkan dengan nilai
aproksimasi matematician-matematician sebelumnya.Dengan meninggalnya Al-Kashi
pada tahun 1436 dapat dianggap berakhirnya zaman kejayaan matematika bangsa
Arab dan perkembangan matematika dunia berpindah ke Eropa dan tidak pernah lagi
ke Asia.
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Perkembangan matematika Arab sesudah
pertengahan abad kedelapan adalah sangat mengagumkan sekali , dan mempunyai
peranan serta kontribusi yang besar sekali terhadap perkembangan sejarah
matematika . Pada abad 1 perkembangan agama islam, bangsa arab masih jauh ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan
dibandingkan dengan negeri-negeri sekelilingnya, seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi.Selama masa
pemerintahan khalifah-khalifah Bahu Abbas, terutama sekali dalam masa khalifah
terkenal Al-manshur, Harun, Al-rasyid dan Al- makmun, kota baghdad menjadi
pusat pengembangan matematika dan ilmu pengetahuan alam lainya menggantikan
Alexandria pada zaman Yunani.
Semenjak pemerintahan 3 khalifah ini
sampai dengan abad ke-9 muncul matematician Arab yang ikut memberikan
kontribusinya dalam perkembangan sejarah matematika dunia, diantaranya adalah
al- khawarismi,Thabit ibnu Qurra, Abu Kamil Shuja dan Al-Battani. Sesudah zaman
al-khawarismi muncul beberapa matematician Arab
yang tidak kalah populernya dari matematician arab sebelumnya, seperti
Abul Wefa, Al- Kharki, Al-Biruni,Ibnu Sina,Omar Khayyam dan lainnya.
Al-Khawarismi menulis lebih dari
setengah lusin karya tentang matematika dan astronomi. Karya-karyanya
kemungkinan berdasarkan kepada karya-karya Siddhanta dari India. Abu Kamil
Shuja adalah seorang ahli aljabar. Dia menulis sebuah buku dengan judul “Kitab
fi aljabr walmuqubalah”, yang merupakan komentar atas karya al-khawarismi,
kemudian memberikan tambahan penyelesaian dari problem-problem tersebut.
2.
SARAN
Begitu banyak ilmu-ilmu yang telah
berkembang dipaparkan diatas oleh para tokoh-tokoh matematician Arab,itu semua
bisa kita pelajari dan terapkan saat ini pada bangku sekolah.
Banyak penyelesaian-penyelesaian yang lebih praktis dan sederhana yang
disampaikan sangat bermanfaat bagi orang matematika dan umum.Dengan mempelajari
ini kita dapat mengetahui tokoh-tokoh dari matematika Arab tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
G,Muchtar.1988.Sejarah Matematika.Padang:Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP).
Komar Badrul dan Ruslani.1986.Matematika
pada Zaman Purba.Bandung:angkasa.
www://Perkembangan+Sejarah+Matematika+pada+Zaman+Arab.com
0 komentar:
Posting Komentar